Saat pamitnya senja Aku melayangkan pandangan Pada indahnya semesta ini Namun, jeritan keadilan berkecamuk di dalamnya Adakah kau mau melihatku? Adakah jiwamu memandangku sebagai insan hidupmu atau apa? Adakah hatimu merasakan apa yang aku rasakan? Ketika kau mengabaikan bahkan kau juga merusakku? Hadirmu dalam hidupku mungkin hanyalah malapetaka bagi diri ini dan yang lain Kau hanya menikmati kejamnya perbuatan mu tanpa kau sadari aku seperti ini, aku rusak tak bercitra karena cintamu pada sesuatu yang lain dan aku jadi akibatmu Dengan apa aku menyadarimu? Mungkin aku bisa semampuku Tapi tidak bisa merubahmu Hanya kesadaran kemanusiaan dan ilahi yang mampu Pun kalau muncul dari dirimu
Salatiga, 19 Juli 2023
Profil Kontributor: Mal Dangga, Mahasiswa aktif Fakultas Teologi Angkatan 2020, penulis berasal dari daerah Selatan Indonesia tepatnya di Sumba – Nusa Tenggara Timur. Penulis senang mengamati dan memetik makna setiap momen yang terjadi dalam hidup dan realitas di sekitarnya, termasuk realitas dalam puisi “Cakrawala yang Terluka” ini.
Ilustrasi/Foto: omong-omong.com