/

Lead The Talks 2025 Kota Salatiga Angkat Tema Literasi Berakar: Memberdayakan Anak Muda

/
51 dilihat

Gelombang semangat generasi muda Salatiga kembali terasa melalui acara Lead The Talks yang merupakan bagian dari rangkaian besar Lead The Fest 2025. Acara ini berlangsung di Mini Teater DPRD Kota Salatiga pada hari Sabtu (20/09/2025) pukul 13.00-16.30 WIB. Acara ini menghadirkan akademisi, aktivis komunitas, dan perwakilan pemerintah setempat dalam forum diskusi terbuka.

Mengangkat tema “Literasi Berakar: Memberdayakan Anak Muda”, kegiatan ini berfungsi sebagai tempat berbagi ide sekaligus ruang untuk merenungkan pentingnya literasi budaya bagi kaum muda di tengah perkembangan global. Diskusi  membahas pentingnya literasi sejarah, antarbudaya, global, hingga kesehatan bagi remaja.

Acara diikuti puluhan peserta, mayoritas mahasiswa UKSW dan komunitas lokal. Mereka diajak untuk memandang literasi sebagai dasar dalam memperkuat identitas, melestarikan keragaman, serta membuka kesempatan bagi anak muda Salatiga untuk memberikan kontribusi yang lebih besar baik di tingkat nasional maupun internasional.

Dibuka oleh dosen Pendidikan Sejarah dari UKSW, Dr. Tri Widiarto, menggarisbawahi pentingnya literasi sejarah bagi generasi muda. “Sejarah tidak hanya soal mengingat peristiwa, tetapi juga merupakan dasar dalam membangun kesadaran nasional dan kepedulian terhadap masyarakat,” katanya. Ia mendorong para mahasiswa dan pelajar untuk menulis, melakukan penelitian, serta mengarsipkan cerita-cerita lokal Salatiga agar tidak punah seiring perkembangan zaman.

Narasumber lain menambahkan, Dr. Rini Darmastuti, seorang peneliti komunikasi antarbudaya dari UKSW, menekankan signifikansi literasi lintas budaya. “Salatiga adalah miniatur Indonesia. Generasi muda perlu memiliki kemampuan literasi antarbudaya agar mampu memahami perbedaan, mengedepankan toleransi, dan membangun dialog,” ujarnya. Ia juga mengingatkan agar ruang digital dimanfaatkan dengan bijaksana untuk memperkuat persatuan.

Meteorindah Subnafeu, Wakil Presiden FPCI Chapter UKSW, menegaskan bahwa generasi muda seharusnya berani berpartisipasi di level internasional. “Kaum muda Salatiga dapat memberikan kontribusi melalui forum internasional, pertukaran budaya, atau kampanye sosial. Literasi global memungkinkan kita untuk bersaing dan berkolaborasi dengan pemuda dari berbagai negara,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Cielo Octaviano, Duta Genre Kota Salatiga 2024, menyoroti pentingnya literasi kesehatan reproduksi bagi remaja. “Kita harus mewaspadai tiga resiko besar bagi remaja: menikah muda, perilaku seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba. Literasi dalam kehidupan menjadi kunci untuk mempersiapkan generasi muda sebagai agen perubahan,” tambahnya.

Zahra Indriyani dari Komunitas Telusur Kota mendorong para pemuda untuk lebih aktif dalam memperkenalkan potensi lokal. “Budaya, kuliner, serta kearifan lokal Salatiga perlu didokumentasikan dan dipublikasikan melalui media digital. Langkah kecil kita dapat berdampak besar dalam menjaga identitas daerah,” ucapnya.

Seorang peserta Lead The Talks mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

Menutup sesi pembicara, Aji Prasetio P., Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, menekankan bahwa perpustakaan kini bukan sekadar tempat membaca. “Kami menyediakan ruang kreatif, akses kepada buku digital, serta program literasi untuk generasi muda. Literasi adalah kunci untuk mendorong perkembangan intelektual anak muda serta memberikan kontribusi bagi pembangunan kota,” jelasnya.

Acara menekankan bahwa literasi tidak hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga memahami sejarah,menghargai perbedaan, menjaga kesehatan remaja, dan membangun koneksi internasional. Acara diikuti puluhan pemuda Salatiga yang antusias mengikuti diskusi.

Reporter: Yemuel Aldo & Allysha Novelia
Penulis: Allysha Novelia
Editor: Nicola Ananda
Foto: Yemuel Aldo

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

Refleksi 20 Tahun Pasca Konflik Aceh: FPCI Tayangkan Film Dokumenter di UKSW

0 $0.00