Konferensi Pers oleh Lembaga Kemahasiswaan UKSW | Dok. Scientiarum
/

Setelah Konferensi Pers LK UKSW, Dialog Terbuka dengan Yayasan dan Rektor Akan Digelar

/
339 dilihat

SCIENTIARUM ─ Rabu (21/05), Lembaga Kemahasiswaan Universitas Kristen Satya Wacana (LK UKSW) menggelar konferensi pers guna menanggapi acara Open Forum yang diadakan oleh Rektor UKSW pada Jumat (16/05). Acara ini berlangsung di Ruang Rapat Gedung O UKSW dan dihadiri oleh perwakilan Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) dan Lembaga Kemahasiswaan Fakultas (LKF) dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Interdisiplin (FID), Fakultas Teologi (F.Teol), Fakultas Psikologi (F.Psi), Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Dalam konferensi pers tersebut, LK menyampaikan kekecewaan terhadap penyelenggaraan “Dialog Asyik” yang dinilai mendadak dan sepihak. LK menilai kegiatan tersebut tidak melibatkan mahasiswa secara menyeluruh, bersifat satu arah, dan lebih menyerupai ruang klarifikasi oleh pihak rektorat. Mereka juga menganggap dialog itu terkesan terbatas dan hanya mengundang dua fakultas, FTI dan FH, serta disampaikan melalui undangan dengan istilah ‘tempat terbatas’. 

Dalam konferensi pers ini, LK mendesak Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) untuk membuka ruang dialog terbuka antara mahasiswa, senat universitas, civitas academica, dan rektorat.

Ketua Senat Mahasiswa Universitas (SMU), Tri Aprivander Waruwu, menyatakan bahwa mahasiswa siap mengawal proses ini. “Kami tidak ingin terpecah lagi. Melalui gerakan Satya Wacana Bergerak, kami ingin dialog yang terbuka dan mampu menjaga nilai-nilai Satya Wacana,” ujarnya.

Pada hari yang sama dengan pelaksanaan konferensi pers, pihak rektorat mengirimkan undangan bernomor 142/Rek./05/2025 dengan perihal Undangan Dialog Terbuka Bersama Pembina YPTKSW kepada seluruh warga kampus melalui email student. Undangan tersebut dinilai sebagai respons atas desakan yang selama ini disuarakan mahasiswa.

Menanggapi hal tersebut, Aprivander menyampaikan apresiasi terhadap dibukanya dialog terbuka. Ia berharap forum tersebut dapat menjadi titik temu antara mahasiswa, pihak rektorat, dan pembina yayasan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan kampus.

“Kami mengapresiasi langkah pembina yang akhirnya membuka ruang dialog ini. Harapannya, dialog ini tidak hanya menjadi simbol keterbukaan, tetapi betul-betul menjawab tuntutan yang telah kami sampaikan. Kami ingin solusi yang konkret, bertanggung jawab, dan berpihak pada nilai-nilai Satya Wacana,” katanya.

Ia menekankan bahwa gerakan mahasiswa saat ini bukan sekadar bentuk perlawanan, melainkan sebagai upaya menjaga marwah kampus. “Kami akan mengawal pergerakan ini. karena ini bukan hanya pergerakan perlawanan, tapi juga menyuarakan bagaimana kita dapat mempertahankan, menjaga nilai-nilai Satya Wacana tersebut, serta menyuarakan bagaimana aksi-aksi ini dapat menyampaikan pesan moral agar semua civitas academica dapat mempertanggungjawabkan dan juga mampu menyuarakan dan mempertahankan segala nilai maupun idealisme yang ada di Satya Wacana, terutama menjunjung tinggi nilai-nilai magistrorum et scholarium,” tegasnya.

Menurut Aprivander, mahasiswa memiliki peran penting dalam memastikan setiap proses pengambilan keputusan di kampus berjalan secara partisipatif dan akuntabel. Ia menutup pernyataannya dengan mengajak seluruh civitas akademika untuk tetap bersuara dan menjunjung tinggi prinsip magistrorum et scholarium.

Penulis: Arnol Lika
Editor: Nicola Ananda

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

Open Forum UKSW Masih Menyisakan Kritik, Mahasiswa Desak Forum Kedua Lebih Terbuka

Next Story

Merajut Inklusivitas: Serunya Diskomvision 2025

0 $0.00