Keluhan jaringan internet di kampus Blotongan atau Fakultas Teknologi Informasi sudah terjadi cukup lama. Hal ini dipengaruhi oleh letak gedung kampus yang berada di tempat yang cukup tinggi. Karenanya, disediakan fasilitas jaringan Wi-Fi oleh Koordinator Sarana Prasarana dan Infrastruktur FTI. Pihak fakultas menyediakan 3 provider Wi-Fi dengan rincian, 2 provider diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa, dan 1 provider untuk tamu.
Sayangnya, fasilitas Wi-Fi yang disediakan oleh kampus untuk mahasiswa FTI seringkali mengalami kendala. Jebeka, salah satu mahasiswi Prodi Teknik Informatika tersebut mengeluhkan akses internet yang belum maksimal.
“Kalo untuk disini ya, karena kemungkinan kampusnya di daerah yang agak tinggi. Jadi, kalo pake data seluler memang agak susah, jadi lebih sering pake Wi-Fi.” jelas Jebeka saat diwawancarai Scientiarum (17/3).
Terdapat keluhan lain yang diungkapkan oleh Abi, mahasiswa jurusan Sistem Informasi yang mengatakan bahwa di beberapa titik gedung kampus masih belum terjangkau oleh Wi-Fi.
“Buat yang open space ini (lantai dua) Wi-Fi kurang nyangkut (terhubung -red) sih kak, ini aku pakai Wi-Fi extender,” jelas Abi.
Lantas seperti apa dan bagaimana keluhan ini dapat terselesaikan? Kami menggali lebih dalam tentang keluhan tersebut dengan menghubungi Lembaga Kemahasiswaan Fakultas (LKF), Alvina selaku Ketua Komisi D BPMF (Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas) yang mengatakan jika mereka telah mendapatkan keluhan mahasiswa sedari lama dan sudah berupaya menyelesaikan masalah ini.
“Sebenarnya kami sudah melakukan pencarian data itu dari periode sebelum-sebelumnya, dan itu metodenya sama, yaitu mengisi kuesioner, bertanya langsung pada mahasiswa, atau mahasiswa chat atau DM (direct message Instagram –red),” ungkapnya.
Selain memberikan data yang didapat kepada Pimpinan Fakultas, perwakilan Komisi D BPMF juga berkomunikasi dengan Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) untuk menyampaikan permasalahan jaringan Wi-Fi kampus Blotongan. Harapannya adalah keluhan ini bisa didengar langsung oleh pimpinan DID (Direktorat Infrastruktur dan Digitalisasi). Akan tetapi, belum ada jawaban yang diberikan oleh pimpinan DID kepada LKU.
Handoko, sebagai Kepala Sarana dan Prasarana FTI mengaku tidak bisa berbuat banyak terkait permasalahan ini, dikarenakan kebijakan yang diberlakukan oleh Universitas. Jika ada mahasiswa yang tidak bisa mengakses internet, biasanya Kepala Laboratorium mengkomunikasikannya kepada DID.
Beliau juga menyampaikan bahwa pimpinan FTI sudah berupaya untuk memecahkan permasalahan ini dengan menggunakan vendor Wi-Fi sendiri, namun mereka tetap tidak bisa bergerak bebas karena harus mengikuti kebijakan yang ada.
“Kita mau handle sendiri, tapi ternyata sekarang SOP-nya sudah di ranah DID. Makanya, ngga bisa bergerak dengan bebas,” ungkap Kepala Sarpras.
Beliau juga menambahkan jika pihak mereka sudah menyiapkan perangkat tambahan sebagai penunjang kebutuhan akses internet, namun belum sempat dikerjakan. Handoko juga ingin menyampaikan kepada DID jika mereka bisa menyiapkan vendor Wi-Fi yang lebih baik dan mumpuni.
Sebagai harapan dan masukan kepada pihak yang bersangkutan, beberapa mahasiswa mengharapkan pihak fakultas bisa menambah router di beberapa titik yang tidak terjangkau Wi-Fi, mengganti vendor Wi-Fi, dan lebih memperhatikan struktur penempatannya.
“Mungkin bisa ditinjau ulang permasalahannya atau bisa mengganti provider,” harap Abi untuk jaringan Wi-Fi FTI kedepannya (17/3).*
(Catatan: Scientiarum sudah mencoba menghubungi pihak DID dengan mengirimkan email maupun surat fisik untuk permohonan wawancara, namun sampai berita ini terbit belum ada tanggapan yang diberikan oleh pihak yang bersangkutan.)
Reporter: Tio Jaya Perdana
Penulis: Alexander Pedro
Editor: Elshafa Kirana Khaerunnisa
Foto: Ni Wayan Putri Nuraeni
Desain: Imanuel Satya Adi Nugroho