/

Pesan dan Harapan Untuk Lembaga Kemahasiswaan di Masa Mendatang

/
365 dilihat

Refleksi Singkat

Apakah di masa kebimbangan saat ini, rasa nurani, keresahan, dan iba akan cukup untuk menjalankan beban periode mendatang dengan celah-celah yang bila dikorek, dapat menyebabkan ketimpangan dan kehancuran? Bukankah baiknya menahan pedih hati melihat kondisi saat ini daripada memaksakan diri dan akhirnya menghancurkan harapan ribuan mahasiswa karena tidak kuat dan tidak mampu mengemban jabatan menghadapi sekian banyak ambisi para “politisi” yang mulai menyirami lembaga kita? Apakah Lembaga Kemahasiswaan mampu menyapu dirinya sebagai “wadah” jika terus dihembusi badai gurun?

Pesan dan Peringatan

Kiranya Tuhan selalu bersamamu, wahai para martir dalam karya dan pengabdianmu, dan selalu limpahkan rahmat dan penyertaan-Nya. Semoga Tuhan selalu ulurkan tangan kasih-Nya lebar-lebar dan memberimu sekalian damai serta hikmat dalam setiap langkah-langkahmu. Itulah harapan yang ditanamkan dan dilantunkan dalam bentuk himne hingga saat ini, agar tidak gelap jalanmu dan tidak goyah perjuanganmu. Harapanku adalah, nyanyian indah nan tulus itu merupakan doa yang dinaikkan kepada yang Mahakuasa, Yesus Kristus, dan bukan formalitas belaka demi menjaga muka dari “wajah yang termanis” saja. Adalah sebuah kesempatan terindah dapat dibentuk dan diajarkan mengenai arti pelayanan sesungguhnya pada wadah ini, wadah yang sedemikian rupa disediakan atas dasar yang mulia, tetapi sayangnya kini mulai dipijak-pijak oleh sikap manusia yang ditelan oleh nafsunya.

Kiranya terdapat manusia yang memiliki hati, yang walaupun tak dapat menyelamatkan lembaga kita seutuhnya, tetapi dapat memahatkan ideologi “Setia kepada Firman (Satya Wacana)” pada loh hati yang dapat dengan rendah hati belajar, memahami, dan berani beraksi. Jadi apabila memang ditakdirkan untuk rumah ini menghadapi badai yang gelap, akan tumbuh bunga matahari untuk menunjukkan bahwa cahaya mentari akan segera mendekati mereka, dan menerangi kembali jalan yang telah tertutupi oleh kabut “pelatihan kepemimpinan” yang penuh dusta. “Kepemimpinan” yang diwarnai serba-serbi kepentingan perseorangan maupun kelompok dengan kedok pembentukan karakter, padahal diam-diam sedang menanamkan benang-benang tersembunyi agar dapat menggerakan sekian banyak boneka ketika masanya nanti sudah usai. “Kepemimpinan” yang tidak diminati dan tidak berdampak, sehingga pada evaluasi pelatihan tersebut muncullah pernyataan keras TIDAK DIREKOMENDASIKAN.

Semua ini kutuliskan bukan hanya sebagai sebuah seruan, tetapi juga sebagai sebuah pesan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang kita miliki yang harus segera diselesaikan, dan agar kita tidak dibutakan dengan persaingan global untuk saling berebut peringkat pertama. Ibarat sebuah rumah makan yang berharap menjadi yang terbaik, akan tetapi dengan dapur bak neraka, apakah ia layak mendapatkan sanjungan “yang terbaik” itu? Bukankah semua yang terlihat di depan akan sia-sia apabila yang di dalamnya terlihat oleh khalayak umum? Sehingga dengan penuh kerendahan hati, aku meminta tolong untuk menyegarkan kembali lembaga kita agar kembali pada esensi yang semestinya, yang sudah tercantum di KUKM Bab III Pasal 11. Berilah lembaran baru yang belum ternodai oleh nila maupun tinta keruh senioritas dan kepentingan-kepentingan yang mengganggu jalannya. Kembalikan citra sarana melayani yang seharusnya dan jauhkanlah diri kalian dari perpolitikan yang tidak perlu. 

Jadilah wakil mahasiswa yang dengan kesadaran seutuhnya masuk ke dalam sistem dari Universitas Kristen Satya Wacana, kampus yang memiliki visi Magistrorum et Scholarium, dimana kita sebagai kaum pelajar dengan kaum magister bersekutu untuk pembangunan dan pembaharuan masyarakat dan Indonesia. Kita kaum pelajar memiliki hak untuk menjunjung tugas yang mulia bersama dengan kaum magister dalam sistem kita, dengan ketiadaan ketimpangan maupun ketidakseimbangan antara kaum. Oleh karena itu, kalian juga berhak untuk menyatakan aspirasi yang tertindas dan mempertahankan kebenaran, terlepas dari tantangan apa yang kalian akan hadapi. Beranilah, karena kita berada di sini bukan karena kebetulan, tetapi dipercayakan untuk memimpin dan menjadi harapan para mahasiswa. Ingatlah bahwa “banyak yang dipanggil, tetapi hanya sedikit yang terpilih”. Oleh karena itu, berlapang dadalah, karena perjuanganmu tidak akan sia-sia. Jadilah teladan dan berikan contoh terbaik, tidak hanya bagi sesamamu, tetapi juga bagi penerusmu yang kelak akan bersinar lebih terang demi mewujudkan mimpi Satya Wacana.

Harapan, Doa, dan Penutup

Maka dari itu, jangan anggap semua yang akan datang bagai kuk yang mengekang, tetapi sebuah kesempatan untuk memunculkan kembali fondasi yang sudah terpendam oleh tumpukan debu kotoran yang bercampurkan air ludah. Jangan anggap semua badai di depan sebagai cikal bakal air bah, melainkan harapan baru yang akan menyirami dan membersihkan tanah kita, yang sebagian sudah direnggut oleh hal-hal yang tidak kita ketahui dan sudah mulai tandus oleh karena panas terik kompetisi yang fana. Ingatlah bahwa dalam masa sulit akan lahir orang-orang kuat yang akan memuliakan nama Tuhan dengan cara-Nya yang tak terpikirkan. Janganlah kalian khawatir terhadap masa depan, karena apapun yang terjadi, naungan Tuhan akan selalu menyertai mereka yang betul-betul melayani-Nya dan bukan melayani manusia—karena Universitas Kristen Satya Wacana dibangun atas dasar pelayanan untuk Tuhan dan adalah milik Tuhan, bukan milik manusia (pimpinan). Tuhan tidak akan berhenti memberkati dan menyediakan selama kalian menjadikan-Nya alasan mengapa kalian berada di Lembaga Kemahasiswaan tercinta kita.

Kiranya Tuhan memberkati pelayanan kita yang biarpun sementara, namun ikhlas dan murni. Kiranya kita selalu berada pada jalan kebenaran dan setia pada firman–firman Tuhan. Hidup mahasiswa, HIDUP! Viva UKSW, VIVA SATYA WACANA!

Penulis: N

Editor: Michael Alexander Budiman

Desain: Ariel Haezer Wotulo

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

Festival Literasi: Merajut Toleransi dan Peduli Lingkungan

0 $0.00