Kualitas jas almamater UKSW menjadi sorotan setelah sebuah video yang diunggah di akun Instagram @uksw.salaposting, menunjukkan perbedaan mencolok antara jas almamater sebelumnya dengan yang diterima mahasiswa pada video tersebut. Video tersebut memicu beberapa tanggapan dari mahasiswa terkait kualitas jas almamater UKSW menurun.
“Jujur aku pas ngeliat video itu agak kaget, karena bener-bener beda banget kualitas jas almamater yang di video itu sama jas almamater yang aku punya,” ujar seorang mahasiswi angkatan 2023 yang tidak ingin diketahui identitasnya.
Setelah menggali informasi lebih dalam, ternyata mahasiswa yang bersangkutan dengan video tersebut merupakan mahasiswa angkatan 2023 yang baru mendapatkan jas almamater pada bulan Januari kemarin.
“Aku tuh mahasiswa angkatan 2023, tapi baru dapat jas almamater bulan Januari kemarin. Pas buka (plastik jas almamater) jujur kaget kayak kok kenapa bahannya kayak kemeja tipis gitu, terus kancingnya cuman 1,” ungkapnya.
Merasa kecewa dengan kualitas jas almamater yang diterima, ia memutuskan untuk menyampaikan keluh kesah lewat akun Instagram @uksw.salaposting.
“Pas tahu jas almamaternya kayak gitu, jelang 1-2 hari aku sama temanku langsung DM (direct message) akun @uksw.salaposting, ya biar ini aja, biar pada tahu terkait kualitas jas almamater yang malah makin kurang. Mana tahu lewat akun itu bisa bantu teman-teman mahasiswa lain yang dapat (kualitas) jas almamaternya kurang juga,” jelasnya.
Mahasiswa tersebut juga menyambangi kantor DIK (Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan) untuk melakukan pengembalian jas almamater tersebut.
“Pas aku udah sampai di sana, aku langsung speak up lah terkait jas almamater yang aku dapat. Terus aku dikasih tau kalo nanti ambil jas almamaternya di bulan Februari,” tutupnya.
Kemudian kami melakukan wawancara dengan mahasiswa angkatan 24 dari beberapa fakultas untuk mengetahui tanggapan mereka terkait isu ini.
“Kalau mengetahui ya mungkin aku hanya sekilas dan nggak terlalu dalam. Tapi yang jelas kalau misalkan masalahnya, tahunya tentang kualitas yang katanya lebih menurun dari angkatan-angkatan sebelumnya. Untuk jas almamater yang angkatan tahun ini katanya kualitas kainnya tipis, kainnya kurang bagus, dan bahkan ada yang gak lengkap kancingnya,” ujar Quila, mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi angkatan 2024.
Selain itu, Riana sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi angkatan 2024 mengatakan bahwa kualitas jas almamater yang ia miliki tidak seburuk kualitas jas almamater pada video tersebut.
“Kalau di jas almamater yang aku punya sih kayak dari kantong atau kancingnya itu sama kayak angkatan atas (angkatan di atas 2024). Cuman mungkin bahannya aja yang kurang tebel, kayak gak terlalu bagus, tapi gak sejelek yang ada di video itu,” jelas Riana.
Rahma, Sofi, dan Irene, yang merupakan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) angkatan 2024 pun memberikan pendapat mereka terkait perbedaan jas almamater yang mereka dapatkan dengan jas almamater pada video tersebut.
“Kalau sama jas almamater yang punya kita itu beda banget (dengan jas almamater di video) soalnya punya kita itu kancingnya ada tiga, terus bahannya gak terlalu setipis itu sih,” ujar Rahma dan Sofi .
“Beda sih (jas almamater yang di video) sama punya aku. Punya aku lumayan bagus cuman warnanya aja yang agak kuning,” ungkap Irene, mahasiswa FKIP angkatan 2024.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa angkatan 2024, kualitas jas almamater memang mengalami perubahan dibanding jas almamater sebelumnya. Tetapi, jas almamater yang mereka terima juga tidak seburuk jas almamater yang ada di postingan video tersebut. Namun, mahasiswa angkatan 2024 yang kami wawancarai juga memiliki keluhan terkait jas almamater yang mereka dapatkan, seperti kualitas bahan yang lebih tipis serta warna jas almamater yang lebih kuning (cerah) dibandingkan jas almamater sebelumnya. Meskipun demikian, pihak kampus belum memberikan respon atau tanggapan terkait isu ini.
Dari berbagai keluhan yang disampaikan, mahasiswa berharap pihak kampus dapat menjaga konsistensi kualitas jas almamater di masa mendatang. Hal ini penting agar jas almamater tidak hanya menjadi simbol kebanggaan, tetapi juga mencerminkan kualitas institusi yang konsisten.
“Paling kalau misalnya tahun depan bikin jas almamater lagi, lebih konsisten aja buat semuanya. Biar gak ada yang beda-beda gitu (kualitas) jas almamaternya,” harap Riana.
Oleh tim redaksi