Pasar Surup 2025: Ajang Kreativitas dan Kewirausahaan Siswa

75 dilihat

Gelaran Pasar Surup telah dilaksanakan pada hari Minggu (16/03/2025) di Kampoeng Banyumili, Gedangan, Kabupaten Semarang. Acara yang berlangsung dari pukul setengah 3 siang hingga setengah 6 petang ini digelar oleh School of Life Lebah Putih dan SMP Arunika sebagai ajang pengembangan kreativitas, inovasi, eksplorasi, dan kewirausahaan siswa. Anak-anak dari TK dan SD Lebah Putih hingga SMP Arunika aktif dalam menampilkan ide-ide kreatif dan inovatif mereka, seperti pentas, pameran, serta workshop interaktif yang telah dipersiapkan dan disajikan kepada pengunjung. 

Ragam kegiatan
Pasar Surup menyuguhkan beragam kegiatan edukatif yang dipimpin oleh siswa dari berbagai jenjang. Siswa TK terlibat melalui penampilan flashmob dan pentas P5 bertemakan isu sampah untuk mengkampanyekan kepedulian terhadap lingkungan. Sementara itu, siswa SD memamerkan karya-karya inovatif berupa makanan, minuman, aksesoris, karya seni, dan produk ekstraksi bahan alami. Pada jenjang yang lebih tinggi, siswa SMP kelas 7 memimpin workshop interaktif yang diikuti oleh siswa lain dari SD Lebah Putih, SDN Kalibeji 01, serta masyarakat umum. Peserta workshop diajarkan oleh siswa kelas 7 cara membuat produk yang menjadi proyek para siswa tersebut. Adapun siswa kelas 8 memamerkan produk digital dan non-digital kepada pengunjung.

Acara berlangsung di area indoor serta outdoor. Area indoor diisi stan-stan siswa SD Lebah Putih yang aktif menawarkan dan menjelaskan produk mereka kepada para pengunjung. Siswa kelas 2 bahkan berkeliling membawa tas karya mereka untuk dijual. Di sisi lain, area outdoor dihiasi gazebo-gazebo lokakarya dan pameran produk siswa SMP Arunika, yang beberapa di antaranya berniat terus melanjutkan usaha produk mereka setelah Pasar Surup usai. 

Halaman outdoor juga menjadi tempat pengunjung bercengkrama, bersantai, berfoto, dan mengunjungi gazebo-gazebo, termasuk orang tua para siswa peserta acara.

Persiapan siswa

Dok. Scientiarum

Ada beberapa tahapan yang diikuti siswa sebelum memamerkan produk merek di Pasar Surup. Pertama-tama, siswa menerima bimbingan dari ahli melalui lokakarya dan diskusi interaktif. Selanjutnya, mereka mengikuti proses kurasi untuk memahami asal-usul, proses pembuatan, serta nilai dan keunikan produk yang mereka ciptakan. Tiga tokoh inspiratif—Yudi (maestro kuliner Pasar Papringan), Heru (kreator Solo Art Market), dan Dani Aprilla (pendiri Bigisimo, Padre, dan Gaia Global Garmindo)—mendampingi proses tersebut. Menariknya, siswa kelas 2 dikhususkan untuk mempersiapkan tas bahu bertema bahari yang akan dijuali sebagai tas belanja pengunjung pada Hari-H acara.

Selain mendasarkan ide produk pada minat dan kesukaan pribadi, banyak juga siswa yang membuat produk berdasarkan fenomena sehari-hari yang mereka amati. “Aku pernah lihat di media sosial dan pergi ke tanya-tanya ke Surabaya, kalau banyak anak-anak yang sakit kulit karena pakai sabun SLS dan parfum yang berbahaya, makanya aku ingin membuat sabun non-SLS yang aman dipakai,” jelas Arthur tentang sabun cair Bubble Me yang dicetusnya. “Aku pernah lihat kalau di Indonesia ada banyak limbah susu, makanya aku mikir daripada dibuang, mending dibuat jadi sabun aja,” tambah Ghozi mengenai produk sabun batang Misogi miliknya. Kedua contoh ini menunjukkan keberhasilan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses pencetusan ide produk. 

Tanggapan pengunjung
Para pengunjung sangat antusias menghadiri Pasar Surup. “Saya sangat bangga banget karena seiring berjalannya waktu, saya bisa melihat bahwa anak kecil itu tidak hanya untuk bermain saja tapi bisa menyalurkan inovasi dan alhamdulilah bisa memberikan dampak bagi negeri juga” ujar Yuda, seorang mahasiswa UIN yang merupakan salah satu pengunjung. 

Dok. Scientiarum

Seorang mahasiswa UKSW bernama Dennis mengungkapkan “Sejauh ini luar biasa karena tadi saya melihat kreativitas siswa-siswa tentunya. Benar-benar kreatif dan saat penjualan juga bisa bernegosiasi, sudah bisa dalam public speaking, dan berani. Nah, itu membuat saya takjub, sangat luar biasa.” Tanggapan senada juga diberikan oleh mahasiswa UKSW lainnya yang menemani Dennis. 

Respons antusias tidak hanya diberikan oleh para pengunjung. Orang tua siswa juga turut senang dan memberikan dukungan terhadap skema pembelajaran seperti ini. “Kami orang tua menjadi support system gitu, memberikan ruang belajar yang tidak sehari-hari di dalam kelas begitu, tapi sekolah itu harus fun, main.” Jawab Revan dan Eka, orang tua dari Nela, salah satu peserta yang saat ini duduk di bangku kelas 1.     

“Pasar Surup membawa nuansa baru bagi sistem penilaian pendidikan tingkat SD dan SMP dengan melibatkan masyarakat dalam proses yang menyenangkan. Anak-anak telah melalui tahapan lengkap dari presentasi, kurasi oleh ahli, hingga revisi karya. Model penilaian berbasis karya ini, bukan hanya tes tertulis, sebaiknya diterapkan di sekolah-sekolah lain dan semoga menginspirasi untuk pendidikan yang lebih bermakna,” ujar Gita selaku Kepala Sekolah SMP Arunika.

Penulis: Queency Cinta
Editor: Michael Alexander Budiman
Foto: Ariel Haezer Wotulo

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

GenBI UKSW Gelar Aksi Sosial di GKJ Kana Pabelan Glawan

Next Story

Resah Akan Kondisi Negeri, LK Fakultas Hukum UKSW Gelar Aksi Malam Suri

0 $0.00