/

Audiensi Terbuka LK-UKSW, Berujung Penyegelan Kantor YPTKSW

/
1763 dilihat

scientiarum.id – “Turun! Turun! Rektor Terpilih, bertemu kami sekarang juga,” yel tersebut dinyanyikan ratusan massa mahasiswa yang terdiri dari Fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan (LK) aras universitas maupun fakultas serta mahasiswa UKSW dari berbagai fakultas yang tergabung dalam lanjutan aksi Audiensi Terbuka pada hari ini, Rabu (05/10/2022).

Aksi Audiensi Terbuka hari pertama (Selasa, 04/10/2022), menghasilkan kesepakatan bahwa pihak YPTKSW akan memfasilitasi pertemuan massa mahasiswa dan Intiyas Utami selaku Rektor UKSW Terpilih periode 2022-2027.

Poster Seruan Aksi Audiensi Terbuka
smu/instagram

“Kesepakatan kami (massa mahasiswa -red) dengan yayasan jam 1 siang itu di Lapangan Basket. Makanya kami menunggu di Lapangan Basket tadi sekitar setengah jam atau 45 menit, sampai Prof Intiyas datang,” jelas Ivander Carl Pratama Manullang selaku Ketua Senat Mahasiswa Universitas (SMU) saat diwawancarai Scientiarum, Rabu (05/10/2022).

Setelah itu massa mahasiswa bergerak dari Lapangan Basket – UKSW menuju Kantor YPTKSW.

“Akhirnya kami berangkat sama-sama ke yayasan untuk menanyakan hal tersebut dan meminta kesediaan yayasan untuk memanggil Prof Intiyas. Karena beliau (pihak YPTKSW -red) yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan Prof (Intiyas -red). Karena dia (pihak YPTKSW -red) yang memiliki kewenangan untuk memilih Prof Intiyas,” jelas Ivander.

Pukul 13.50 massa kemudian berorasi di samping halaman kantor YPTKSW. Mewakili massa, Mariano Chrisanto Nataleo Ombo selaku Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU), menyampaikan tuntutan serta meminta agar Pengurus YPTKSW menghadirkan Intiyas Utami untuk beraudiensi.

“Seharusnya kemarin malam atau tadi pagi itu ada info ke kami dari yayasan kalau dia (Intiyas Utami -red) tidak bisa hadir. Cuma tadi persoalannya kami tidak dapat info itu, makanya teman-teman langsung diarahkan ke yayasan untuk bertanya langsung,” jelas Mariano saat diwawancarai Scientiarum, Rabu (05/10/2022).

Karena lama menunggu di Lapangan Basket, kata Mariano, massa mahasiswa kemudian meluapkan kekecewaan dengan bersuara keras meminta Pengurus YPTKSW untuk keluar memberi penjelasan.

“Agak sedih dan juga kecewa, karena kemarin (Selasa 04/10/2022 -red) kami mau bertemu beliau (Intiyas Utami -red) tidak bisa. Kemudian hari ini, tidak bisa juga. Bahkan tadi molor sampai 45 menit atau 1 jam saya juga tidak melihat jam. Makanya melihat situasi teman-teman juga, saya naik terus saya panggil pakai TOA (pengeras suara -red) itu ‘bapak-ibu (pihak YPTKSW -red) keluar, kami menunggu’. Ini pembicaraan antara orang tua dan anak, mari kita bicara sama-sama. Belum turun, maka sempat keras juga panggilannya itu, baru mereka turun.” jelas Mariano. 

Sempat terjadi keributan antara pihak YPTKSW dan massa mahasiswa. Mariano menjelaskan bahwa kisruh tersebut diawali ketika Wakil Pengurus YPTKSW meminta dirinya untuk menyampaikan hal-hal yang menjadi tuntutan massa mahasiswa.

“Ketika sampai di bawah, sampai di luar teras yayasan. Dia (Wakil Pengurus YPTKSW -red) minta ‘silahkan sampaikan tuntutannya’. Saya bilang ‘kemarin kami sudah berdialog dengan yayasan, segala tuntutan itu sudah kami sampaikan’. Jadi saya pikir sebelum mereka (Pengurus YPTKSW -red) keluar dari ruangan, seharusnya sudah ada koordinasi dulu. Terus dia bilang ‘oh tidak kamu yang harus sampaikan’, sambil menatap saya. Terus saya bilang ‘kenapa Pak? Kenapa saya ditatap seperti itu?’ Dia bilang ‘Apa? Kenapa?’ Sambil mendekat,” jelas Mariano. 

Lebih lanjut, Mariano mengatakan bahwa saat keributan terjadi dirinya merasa terancam dan berusaha mempertahankan dirinya.

“Kenapa saya bisa ditarik-tarik ke belakang itu, seperti ada gerakan tangan. Nanti bisa lihat sendiri buktinya di video, pihak mana yang duluan yang bergerak tangan. Sebagai hal alamiah dari manusia, ketika merasa terancam akan mencoba menghindar atau menangkis. Teman-teman di belakang saya melihat dan mencegah supaya tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Maka saya ditarik ke belakang sambil masih tatap-tatapan juga,” ungkap Mariano. 

Menanggapi aksi Audiensi Terbuka, Fence Imanuel Lase selaku Wakil Ketua Pengurus YPTKSW menjelaskan, bahwa rencana struktur sama sekali tidak mengkerdilkan LK sebab identik dengan struktur yang lama.

“Struktur baru itu identik dengan struktur lama. Bahwa itu (LK -red) ada di bawah PR I (Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengajaran, dan Kemahasiswaan -red) sekarang iya, tapi struktur itu sama,” terang Fence saat diwawancarai Scientiarum melalui WhatsApp, Rabu (05/10/2022).

Tuntutan Massa Aksi Audiensi Terbuka
smu/instagram

Tuntutan mengenai LK yang dikeluarkan dari senat, menurut Fence, bukan menjadi kewenangan rektor untuk memutuskan hal tersebut. Fence menambahkan, bahwa posisi LK dalam senat akan dirumuskan dalam statuta.

“Mereka (massa mahasiswa -red) mengatakan bahwa LK dikeluarkan dari senat, itu bukan urusan rektor itu. Senat nanti yang akan merumuskan statuta baru. Makanya harus berjuang nanti wakil mereka, di senat itu harus ngomong mengenai status mereka dalam statuta. Jadi bukan urusannya Intiyas itu,” tegas Fence.

Fence menjelaskan bahwa massa mahasiswa juga menyinggung surat alumni. Menurutnya, Pengurus YPTKSW tidak ada urusan dengan surat alumni, sebab pemilihan rektor telah selesai.

“Tidak ada urusan kita (Pengurus YPTKSW -red) dengan itu. Kita sudah clear, sudah selesai pemilihan rektor,” kata Fence.

Lebih lanjut, Fence menjelaskan, Pengurus YPTKSW tidak berwenang menghadirkan Intiyas Utami untuk melakukan audiensi bersama massa mahasiswa.

“Kami ini Pengurus Yayasan, (bukan untuk -red) perintah-perintah orangnya (Intiyas Utami -red). Kita sudah hubungi Prof Intiyas, tapi posisinya bukan untuk disuruh-suruh oleh mahasiswa, mahasiswa suruh-suruh yayasan. Prof Intiyas kan tulis surat, hari ini tidak bisa dia, karena dia itu tugas di LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi -red) sampai jam 7 malam. Mau ketemu boleh tapi kita atur jadwal bersama, kapan Intiyas siap dan kapan mahasiswa siap,” kata Fence.

Fence menganggap aksi massa mahasiswa yang anarkis hari ini sangat mengecewakan. Tindakan anarkis tersebut, menurut Fence, merupakan perilaku premanisme dan tidak mencerminkan sikap yang seharusnya dimiliki mahasiswa Satya Wacana.

“Tadi itu mereka mulai anarkis. Ketua BPMU itu, Mariano (berbicara -red) pakai mata melotot, itu kan gaya-gaya preman itu. Kami ngak sukalah mahasiswa kami seperti itu. Kampus ini bukan preman yang ada, tapi intelektual muda yang menyampaikan pandangan, gagasan, dan ide-idenya. Bukan seperti ini, mau ajak berkelahi saja, makanya saya agak marah sedikit sama dia,” jelas Fence.

Meski aksi Audiensi Terbuka sempat kisruh, Fence menjelaskan bahwa tidak terjadi kontak fisik antara massa mahasiswa dan Pengurus YPTKSW. Lebih lanjut, Fence menambahkan bahwa kekisruhan tersebut mempertontonkan degradasi kualitas mahasiswa di UKSW.

Ndak, ndak ada itu (kontak fisik -red). Tapi, itu artinya kita mempunyai degradasi kualitas mahasiswa seperti ini. Yang kami tidak senang itu, karena mahasiswa bergaya preman. Apalagi dia Fakultas Teologi, harusnya ada etika,” ungkap Fence.

Senada dengan pernyataan Fence, Mariano juga mengungkapkan, bahwa tidak terjadi kontak fisik dalam kekisruhan yang terjadi.

“Saya merasa, tidak ada kontak fisik. Tadi SMU live, mungkin bisa dipelajari di situ videonya. Karena saya juga di bawah dan beliau di atas (teras -red), terus ada gerakan, saya dengan refleks menangkis. Tiba-tiba teman-teman di belakang langsung tarik saya, saya ditarik untuk menenangkan diri,” terang Mariano.

Menurut Mariano, kekisruhan merupakan hal yang lumrah terjadi. Sekitar pukul 18.00, kata Mariano, ia dan Pengurus Yayasan telah bertemu dan berdoa bersama.

“Kemudian saya dan pihak yayasan juga berjabatan tangan sambil berpelukan juga. Karena kembali ya, ini adalah pembicaraan antara orang tua dan anak-anak. Dinamika yang terjadi, situasi panas-dingin yang terjadi, bagi saya pribadi, itu hal yang biasa. Yang penting di akhirnya itu semua jangan sampai merusak hubungan kita,” terang Mariano. 

Intiyas Utami telah mengirim Surat Tanggapan dalam merespon poin-poin tuntutan massa mahasiswa dalam aksi Audiensi Terbuka yang beredar pada Rabu (05/10/2022). Mariano menjelaskan bahwa secara resmi LK menerima Surat Tanggapan dari Kepala Lembaga Layanan Kemahasiswa (LLK) – UKSW.

Surat Tanggapan Intiyas Utami
scientiarum.id/dokpri

“Surat itu saya terima tadi pagi, dari group WhatsApp pertama, kemudian diserahkan secara resmi oleh Kepala LLK, Kak Giner dan kami menanda tangani surat tanda terima,” kata Mariano. 

Lebih lanjut, Mariano menjelaskan bahwa isi Surat Terbuka memang memenuhi beberapa hal yang menjadi tuntutan massa mahasiswa. Akan tetapi ia berharap, Intiyas Utami dapat hadir untuk beraudiensi secara langsung.

“Misalnya semua yang dia (Intiyas Utami -red) katakan di surat itu, ya kami pikir tidak ada salahnya kalau disampaikan secara langsung. Justru kalau dari poin-poin surat masih ada yang kami bingungkan, kami bisa tanyakan langsung kan. Daripada harus kirim surat, kami bikin, balas surat, kirim lagi, balas surat, kirim lagi. Seolah-olah kita kayak, bukan dalam satu kampus sendiri. Daripada harus berkirim-kirim surat, ya mending duduk bersama-sama dengan kami, bertemu langsung,” ungkap Mariano.

Senada dengan hal tersebut, Ivander mengungkapan, bahwa LK bukan menunggu Surat Tanggapan tersebut, tetapi bertemu secara langsung dengan Intiyas Utami. Surat Tanggapan, kata Ivander, hanya akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan civitas akademika UKSW.

“Sebetulnya kami itu bukan menunggu Surat Tanggapan. Kami cuma mau ketemu. Bagi saya, dengan adanya surat balasan (Surat Tanggapan -red) ini justru malah menimbulkan banyak pertanyaan bagi orang. Jatuhnya orang bakal berpikir yang lain-lain tentang kami, ada juga yang berpikir lain-lain tentang Prof (Intiyas Utami -red), istilahnya bakal banyak pro-kontra dengan adanya surat ini,” kata Ivander. 

Ivander menjelaskan bahwa bagi LK apa yang tertulis dalam Surat Tanggapan sangat dipahami LK. Tetapi, menurut Ivander, yang diperlukan massa mahasiswa adalah penjelasan serta jaminan atas tuntutan mereka yang perlu disampaikan Intiyas Utami secara langsung.

“Untuk kami, Lembaga Kemahasiswaan memang kami paham, kami mengerti. Tapi apa jaminannya, apa yang bisa kau (Intiyas Utami -red) sampaikan dari tuntutan itu secara langsung. Yang ingin aku tanyakan dia (Intiyas Utami -red) paham atau tidak? Dia itu bisa tidak menjelaskan kepada kami sistemnya seperti apa? Aku gampang saja ngomong garis koordinasi-konsultasi. Tapi, dia paham tidak apa itu garis koordinasi-konsultasi? Apa latar belakangnya? KUKM dibentuk, SPPM dibentuk, Statuta dibentuk dia paham ngak? Jadi dia tidak seakan-akan bahwa kami yang salah, ini sudah dibikin Surat Tanggapan masih saja demo kiri-kanan dan lainnya,” ungkap Ivander. 

Beredarnya Surat Tanggapan, menurut Ivander, sangat membebani LK. Pengimplementasian dan pemahaman terkait isi Surat Tanggapan, kata Ivander, perlu dijelaskan secara langsung oleh Intiyas.

“Malah justru kami (LK –red) merasa terbebani dengan adanya surat ini. Surat inilah yang buat akhirnya orang bakal beranggapan lain sama kami. Padahal, bagi orang yang paham LK, barang ini (Surat Tanggapan -red) memang betul. Tapi apa penjelasannya? Pengimplementasiannya, pemahamannya terkait hal itu, itu dia (Intiyas Utami -red) tahu ngak atau gimana?” ungkap Ivander.

Selain merasa terbebani Surat Tanggapan yang beredar, Ivander menegaskan bahwa tidak ada niatan lain dari aksi Audiensi Terbuka. Menurut Ivander, yang LK dan massa mahasiswa inginkan hanyalah bertemu langsung Intiyas Utami untuk beraudiensi.

“Biar semua mahasiswa itu tahu. Jadi isi dari surat ini juga tidak membebankan saya dan Ombo dan teman-teman LK yang lain sekarang. Makanya saya bilang lebih baik ketemu, kalau kau (Intiyas Utami -red) tidak tahu kami kasih tahu, kalau kami juga tidak tahu silahkan kasih tahu kami, daripada kau ulur-ulur. Kami cuma mau ngobrol, cukup itu saja. Tidak ada niatan kami untuk bakar kampus ini, pecahin kaca kampus ini, ngak ada. Kami hanya mau ketemu Prof Intiyas Rektor Terpilih,” ungkap Ivander.

Menurut Ivander, tujuan dari pertemuan secara langsung massa mahasiswa dan Intiyas Utami adalah kesepahaman bersama. Kesepahaman tersebut, kata Ivander, perlu ada sebelum Intiyas Utami dilantik menjadi Rektor UKSW.

“Karena kalau misalkan dia bilang atau orang-orang bilang, kenapa ketemunya ngak setelah dia menjabat rektor? Keburu disahkan hal-hal yang menurut kami tidak sesuai dengan idealisme Satya Wacana. Mau dirubah seperti bagaimana lagi? Cuma itu saja, biar semua sepaham ngak ada tanggapan yang lain-lain,” kata Ivander.

Pukul 17.00 massa akhirnya melakukan penyegelan kantor YPTKSW. Penyegelan tersebut, kata Mariano, adalah simbol kekecewaan massa mahasiswa.

Penyegelan Kantor YPTKSW
scientiarum.id/alfania

“Soal penyegelan, kami juga sudah bilang ke pihak yayasan bahwa ini sebagai simbol kekecewaan kami, sampai dengan hari kedua kami belum ditemui (Intiyas Utami -red). Karena sederhananya kemauan teman-teman yang ikut aksi sampai dengan hari kedua tadi sederhana saja, datang (Intiyas Utami -red) duduk sama-sama dengan anak-anaknya dan bercerita sebagaimana layaknya diskusi yang dilakukan, beraudiensi dan tukar pendapat. Hanya saja kekecewaan kami di situ, ternyata untuk duduk bercerita saja sulit,” kata Mariano.

Mariano juga menerangkan, bahwa penyegelan kantor YPTKSW hanya berupa simbol poster dan seutas police line. Apabila, kata Mariano, simbol-simbol tersebut dicabut, maka dipastikan permintaan massa mahasiswa sudah dapat dipenuhi pihak YPTKSW.

“Kami pikir tidak ada segel sampai ke merusak fasilitas atau apapun itu, hanya simbolisasi sebagai bentuk kekecewaan kami. Dan apabila simbolisasi itu dicabut, berarti dalam hal ini pihak yayasan bersedia untuk memfasilitasi antara mahasiswa dengan Rektor Terpilih untuk bertemu, beraudiensi terbuka bersama kami,” tegas Mariano.

Massa mahasiswa, kata Mariano, menyegel kantor YPTKSW dan memberikan waktu 2 kali 24 jam atau paling lambat sampai hari Jumat (07/10/2022) kepada pihak YPTKSW untuk memfasilitasi pertemuan antara unsur mahasiswa dan Rektor Terpilih UKSW.

“Jadi selanjutnya adalah yayasan yang akan memfasilitasi pertemuan antara unsur mahasiswa dan Rektor Terpilih untuk berdialog kembali. Tadi kesepakatan kami minta 2 kali 24 jam, berarti maksimalnya hari Jumat. Paling lambat itu Jumat,” jelas Mariano.

Menanggapi penyegelan kantor YPTKSW, Fence menekankan, bahwa YPTKSW bukan underbow LK, dan tidak untuk mengatur pertemuan antara Intiyas Utami dan mahasiswa.   

“Kami mengatakan, kami bisa menghubungi Prof Intiyas, tapi bukan kami yang mengatur pertemuan kalian. Karena itu ada kampus sendiri, pimpinan universitas nanti bertemu dengan warga kampus. Makanya kami bilang, kalian harus berdialog atur jadwal pertemuan. Jadi bukan persoalan hari Jumat harus tercapai. Tapi kalau mereka macam-macam ya, kami harus ambil tindakan keras. Karena di surat Intiyas jelas, bahwa dia siapkan waktunya, asal mereka ada persiapan awal, tapi mereka langsung ngotot,” ungkap Fence.

Fence menambahkan bahwa mahasiswa sangat diperkenankan berdialog selama dalam kesepakatan bersama, bukan karena paksaan salah satu pihak.

“Bahwa ada dialog itu silahkan saja, mahasiswa juga silahkan. Tapi dialog itu harus dalam posisi seperti kesepakatan, bukan karena memaksakan,” jelas Fence.

Fence berharap pergerakan mahasiswa dalam aksi Audiensi Terbuka atas dasar kesadaran sendiri dan bukan karena dikendalikan oleh pihak-pihak tertentu.

“Mudah-mudahan mahasiswa ini bergerak atas kesadaran sendiri, bukan karena dikendalikan oleh orang-orang tertentu, kasihan mereka. Kualitas mereka jadi menurun karena dikendalikan oleh orang-orang tertentu itu,” ungkap Fence.

Ivander pun menyampaikan harapannya terkait aksi Audiensi Terbuka, dan mempersilahkan seluruh civitas mahasiswa datang untuk melihat serta menilai proses aksi Audiensi Terbuka.

“Silahkan semua mahasiswa datang, silahkan semua civitas akademika datang. Kami buka ruang terbuka, biar kalian bisa melihat dan kalian bisa menilai apa yang baik dan apa yang tidak. Kami bergerak seperti ini bukan kami mau cari-cari panggung, karena memang kami berdasar dan kami bisa tunjukan dasarnya apa,” ungkap Ivander.

Mariano juga menyampaikan harapannya bahwa semua yang terlibat dalam aksi Audiensi Terbuka , dalam keadaan yang baik. Ia juga berharap pada hari Jumat, Intiyas Utami selaku Rektor Terpilih dapat menemui massa mahasiswa.

“Harapan besarnya semua yang terlibat dalam pergerakan tadi, sampai dengan detik ini, masih sehat-sehat secara fisik, sehat pikiran, sehat hati. Dan harapan yang kedua, di hari Jumat Rektor Terpilih dapat menemui kami,” ungkap Mariano.

Menanggapi permasalahan yang terjadi, kata Intiyas Utami, tuntutan massa mahasiswa sudah termuat dalam Surat Tanggapan. Namun, terkait rancangan UKSW kedepan belum dapat ia jawab.

“Berkaitan dengan pertanyaan tuntutan mahasiswa kemarin sudah saya sampaikan di Surat Tanggapan. Jika ada hal-hal lain terkait rancangan UKSW kedepan maupun kondisi saat ini, maka saya belum bisa menjawab. Karena posisi saya adalah Rektor Terpilih dan saya menghormati Pimpinan UKSW untuk menjalankan tugasnya,” ungkap Intiyas kepada Scientiarum melalui pesan singkat WhatsApp, Rabu (05/10/2022). (*)

Reporter: Gavra Justine Samuel Sihombing, Juliana Karina Sembiring
Penulis: Elyan Mesakh Kowi
Editor: Eka Lodia Selly
Foto: scientiarum.id

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

Efisiensi Dana Pembangunan Untuk Fasilitas Kampus

Next Story

7 LKF Menyatakan Sikap Walkout dari Aksi Audiensi Terbuka LK-UKSW