Program pelatihan kepemimpinan bertajuk Satya Wacana Leadership Camp (SWLC) merupakan salah satu program dalam Kurikulum Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Program ini adalah upaya UKSW mewujudkan visinya, yaitu “menjadi pembina kepemimpinan”.
Berdasarkan buku kurikulum pelatihan kepemimpinan mahasiswa UKSW, tujuan kegiatan SWLC adalah “Agar mahasiswa UKSW dapat membangun kemitraan strategik, solidaritas, dan kebersamaan dengan mahasiswa dari perguruan tinggi Kristen dan perguruan tinggi lainnya, sekaligus memampukan mahasiswa UKSW menjadi pelayan dalam bidang kepemimpinan bagi perguruan tinggi Kristen/Mitra lainnya di Indonesia.”

SWLC merupakan salah satu kegiatan pelatihan kepemimpinan selain LDKM, LMKM, dan LLKM. Latar belakang diadakannya kegiatan ini, menurut Landro Sette selaku Ketua Pelaksana kegiatan SWLC 2022, adalah untuk mengenalkan nilai-nilai UKSW kepada universitas lainnya.
“Dalam UKSW itu ada beberapa pelatihan kepemimpinan, diantaranya latihan dasar (LDKM -red), latihan menengah (LMKM -red), lalu latihan lanjutan (LLKM -red). Lalu di buku kurikulum (pelatihan kepemimpinan UKSW -red) itu ada SWLC, dimana pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan nilai-nilai (kepemimpinan -red) UKSW kepada universitas luar. Makanya, untuk target yang kita cari itu mahasiswa-mahasiswa dari universitas luar, biar mereka itu bisa mengenal nilai-nilai (kepemimpinan -red) apa saja yang dikembangkan di UKSW itu sendiri.”
Landro menambahkan, bahwa rencana pelaksanaan SWLC sudah dirancang sejak tahun 2011, yang baru terealisasi di tahun 2022.
“Dalam sejarah 11 tahun ya dirancang, tapi tidak pernah dibuat, baru di tahun 2022 ini (UKSW) baru berani untuk luncurkan SWLC itu sendiri,” jelas Landro.
Dengan dilaksanakannya SWLC untuk pertama kalinya di UKSW, membuat penanggungjawab kegiatan, yaitu Bidang III Senat Mahasiswa Universitas (SMU) lebih ekstra dalam memberikan pemahaman dan membimbing panitia, yang sedikit banyak diisi oleh mahasiswa/i tahun angkatan baru. Hal ini disampaikan Christin Simorangkir selaku Ketua Bidang III SMU UKSW.
“Kita (penanggungjawab kegiatan -red) harus ekstra memperkenalkan (SWLC -red), kita harus ekstra membimbing mereka (Panitia SWLC -red) sehingga pada akhirnya teman-teman pimpinan (SMU -red) bersukarela dengan kerendahan hati mereka membantu SWLC itu sendiri, supaya memang SWLC ini bisa kami (SMU dan Panitia -red) jalankan secara bersama-sama.”
Terdapat hambatan yang harus dihadapi Landro Sette sebagai Ketua Pelaksana dan anggota panitia lainnya dalam memahami dasar dibuatnya kegiatan SWLC.
“Kita (panitia -red) kurang paham kan SWLC itu seperti apa, terus panitianya (berasal dari -red) mahasiswa baru semua, angkatan yang belum mengenal panitia di UKSW jadi sangat berat untuk kendala-kendala (seperti itu -red) tapi ya puji Tuhan bisa selesai,” jelas Landro.
SWLC tahun ini, sempat mengalami kendala dalam hal tanggal pelaksanaan, dari yang sebelumnya direncanakan pada awal bulan September dan tertunda pelaksanaannya hingga akhir bulan. Namun, masalah pergeseran tanggal tersebut, menjadi kesempatan bagi panitia untuk menggaet lebih banyak peserta dari universitas luar ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Karena pada dasarnya, tujuan SWLC digelar bukan hanya melatih kepemimpinan untuk mahasiswa/i UKSW saja, tetapi juga bertujuan untuk memperkenalkan kepemimpinan Satya Wacana kepada mahasiswa/i dari Universitas luar.
“Setelah berdiskusi dengan beberapa pimpinan-pimpinan di universitas, juga beberapa senior-senior di LK, ternyata output dari Satya Wacana Leadership Camp itu untuk memperkenalkan kepemimpinan kita (UKSW -red) ke luar, sehingga terjadi kemunduran atau perubahan tanggal pelaksanaan dari apa yang sudah dijadwalkan sebelumnya, dan tentunya teman-teman panitia saat terjadi kemunduran tanggal tersebut, kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjangkau teman-teman Universitas se-regional Jateng dan DIY,” jelas Christin Simorangkir kepada Scientiarum, Minggu (3/10/2022).
Dalam prosesnya, panitia didampingi perwakilan SMU melakukan kunjungan ke setiap kampus yang berada di regional Jawa Tengah-DIY. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengundang dan meminta kesediaan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam SWLC.
Beberapa universitas di luar UKSW yang diundang antara lain Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Kristen Duta Wacana, dan Universitas Sanata Dharma (untuk regional D.I.Y), Universitas Sebelas Maret dan Universitas Kristen Surakarta (untuk regional Solo Raya), Universitas Tidar (untuk regional Magelang), Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Negeri Semarang, Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, Universitas Ngudi Waluyo, serta Universitas PGRI Semarang (untuk regional Semarang Raya).
Dari sekian banyak universitas di regional Jateng-DIY yang diundang menjadi partisipan dalam SWLC, total ada 4 Universitas yang mengirim perwakilan dan mengikuti rangkaian kegiatan SWLC mulai dari pembekalan materi hingga live in, beberapa universitas tersebut adalah Universitas Kristen Duta Wacana (Yogyakarta), Universitas Dian Nuswantoro (Semarang), Universitas Ngudi Waluyo (Ungaran), dan Universitas Islam Nusantara (Salatiga).
Bersama-sama dengan mahasiswa/i UKSW, peserta yang berasal dari luar UKSW mengikuti rangkaian kegiatan SWLC 2022 mulai dari pembekalan materi kepemimpinan melalui zoom meeting yang berlangsung selama tiga hari (22 – 24 September). Berkenaan dengan hal tersebut, didalam kurikulum latihan kepemimpinan mahasiswa UKSW, secara rinci dijelaskan mengenai 17 materi latihan kepemimpinan yang harus diikuti peserta SWLC, seperti “Idealisme dan Gerakan Kemahasiswaan hingga materi ke-17 yaitu “Mengasah Diri”.
Selanjutnya, peserta diarahkan transit di Yayasan Bina Dharma (YBD) dari tanggal 29 hingga 30 September, sampai pada kegiatan live in dan intervensi sosial yang berlangsung selama tiga hari dua malam di Dusun Gedong, mulai dari tanggal 1 Oktober hingga berakhir pada tanggal 3 Oktober.

Dusun Gedong yang berada di lereng gunung Merbabu dengan ketinggian 1700 Mdpl dipilih sebagai tempat pelaksanaan SWLC 2022, setelah sebelumnya panitia melakukan survei tempat dan analisis terkait permasalahan yang ada di dusun tersebut. Kemudian ditetapkanlah isu sampah di Dusun Gedong, dimana perlu adanya sosialisasi hidup sehat dan pentingnya mengolah sampah secara baik.
Salah satu bentuk kegiatan yang dibuat panitia untuk menunjang pemahaman masyarakat Dusun Gedong tentang pengelolaan sampah, adalah dengan diadakannya workshop yang diisi oleh pemateri dari Galeri Ijo Lumut. Masyarakat dusun berkumpul di GKJTU Gedong, dengan sangat antusias untuk mempelajari bagaimana cara mendaur ulang sampah agar menjadi kerajinan tangan. Peserta juga dilibatkan untuk membantu jalannya workshop tersebut.

Di hari kedua, selain diarahkan untuk mengikuti setiap aktivitas sehari-hari orang tua asuh mereka di Dusun Gedong, peserta juga melakukan kegiatan “Resik Desa”, dimana peserta dibagi ke dalam kelompok kecil lalu bergerak menyusuri dusun untuk membersihkan sampah yang berserakan di sekitaran dusun. Masyarakat dusun juga mendapat bantuan berupa alat kebersihan seperti tempat sampah, sapu lidi, dan bakul sampah yang nantinya dapat dipergunakan untuk keseharian warga di Dusun Gedong.

Kegiatan SWLC tahun ini pun ditutup setelah panitia dan peserta bersama warga melaksanakan ibadah bersama di GKJTU Gedong pada hari Minggu (3/10/2022) yang dilanjutkan dengan seremoni penutupan dan acara simbolis pemberian logistik kebersihan kepada perwakilan warga Dusun Gedong.
Dilaksanakannya SWLC 2022 di Dusun Gedong disambut baik oleh Stefanus Teguh selaku Kepala Dusun Gedong. Beliau menyampaikan rasa terimakasihnya kepada koordinator SWLC karena sudah memilih Dusun Gedong sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
“Kami sebagai warga masyarakat Dusun Gedong mengucapkan terima kasih atas peran serta dari Satya Wacana Leadership Camp tahun 2022 yang (sudah -red) bisa hidup bersama-sama dengan masyarakat (Dusun Gedong -red), kami merasa bangga sekali dengan anak-anak dari tim koordinator SWLC yang berkenan hadir di Dusun Gedong ini, kami merasa senang karena walaupun Dusun Gedong tempatnya terpencil tetapi dari luar (Dusun Gedong -red) masih menginginkan hidup bersama-sama.”
Stefanus Teguh mengapresiasi tim koordinator SWLC yang sangat baik dalam melakukan koordinasi dengan Karang Taruna Dusun Gedong sehingga apa yang diharapkan oleh tim SWLC dan perwakilan dari warga dusun bisa sejalan dalam menemukan dan mengatasi titik permasalahan sampah yang selama ini dihadapi Dusun Gedong.
“Kami mengucapkan terima kasih atas peran serta dari tim pengabdian dari Satya Wacana yang sudah membantu di Dusun Gedong ini, baik berupa peralatan sampah maupun alat-alat lain, baik itu tong sampah yang untuk membedakan antara sampah organik maupun non-organik, jadi kami bisa mengetahui sampah yang bisa diolah kembali maupun sampah yang nantinya akan menjadi pupuk.”
Stefanus Teguh berharap dengan diadakannya SWLC tahun ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Dusun Gedong sehingga dapat bersaing dengan dusun-dusun lainnya dan dapat dilirik oleh Universitas lain supaya datang mengabdikan diri di Dusun Gedong.
“Dengan adanya pengabdian dari tim SWLC 2022 ini, (harapannya -red) ada peningkatan (kualitas -red) SDM masyarakat kami. Harapan kami, walaupun Dusun Gedong berada di dekat gunung (Merbabu -red), harapannya (Dusun Gedong -red) bisa bersaing seperti dusun-dusun lainnya. Harapan kami juga menjadi dusun yang bersih dan dilirik dari universitas-universitas lainnya supaya bisa datang ke sini untuk mengabdikan diri di dalam masyarakat,” jelas Stefanus Teguh ketika diwawancarai Scientiarum pada Minggu (3/10/2022) mengenai harapan untuk masyarakat Dusun Gedong pasca kegiatan SWLC 2022.
Selain dari perwakilan masyarakat Dusun Gedong sendiri, peserta dari luar UKSW, mewakili universitas masing-masing, juga menyampaikan tanggapan mengenai keseluruhan rangkaian acara SWLC. Theowoda Boboy sebagai perwakilan peserta dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyatakan, bahwa SWLC dapat menjadi kesempatan untuk membangun makna kepemimpinan di masing-masing universitas. Ia menegaskan, bahwa SWLC juga bermanfaat bagi peserta yang berasal dari luar UKSW sebagai ‘bekal’ yang dapat dibagikan ketika peserta kembali ke kampus masing-masing.
“Menurut kami (peserta dari luar UKSW -red), kegiatan (SWLC -red) ini sangat bermanfaat untuk masing-masing peserta untuk kembali lagi ke masing-masing universitas untuk membangun kepemimpinan yang seperti apa setelah kita melihat berbagai macam latar belakang peserta yang ada dan berdinamika bersama kurang lebih 5 hari secara live in, semoga manfaat dan pengalaman yang kita dapat bisa dibawa ke kampus masing-masing,” ungkap Theowoda ketika diwawancarai
Scientiarum, Minggu (3/10/2022).

Theowoda juga mengungkapkan keluhan mengenai pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di tengah-tengah perkuliahan, yang membuat peserta kurang maksimal dalam mengikuti materi pembekalan secara daring.
“Di waktu kita (peserta -red) kegiatan online yang dimana terlalu padat kegiatannya dan juga dilakukan di waktu kuliah, kalau misalnya bisa diatur atau di-lebih-efektifkan, dari saya sendiri saran itu di hari Kamis, Jumat, Sabtu supaya tidak menganggu waktu ibadah di hari Minggu. Tapi juga materi yang disampaikan dan dibawakan juga terlalu padat dari jam 7 sampai dengan jam 4 sore, itu terlalu padat bobotnya yang membuat kadang peserta itu ‘wah terlalu capek nih‘. Membuat mereka (peserta -red) cepat bosan dan tidak terlalu fokus dalam mengikuti kegiatan (daring -red),” jelasnya.
Meskipun demikian, Theowoda sebagai peserta yang berasal dari luar UKSW tetap memiliki kebanggaan karena telah mendapat kesempatan menjadi partisipan SWLC 2022 yang digelar untuk pertama kali sepanjang sejarah pelatihan kepemimpinan UKSW.
“Saya bangga menjadi generasi pertama untuk SWLC,” tutup Theowoda.
Ketua Pelaksana SWLC 2022, Landro Sette juga mengungkapkan kesan-pesan dan harapannya pasca kegiatan ini, menurutnya dengan adanya kegiatan pelatihan kepemimpinan seperti SWLC dapat menjadi ruang untuk mahasiswa/i UKSW untuk membangun relasi dengan mahasiswa/i yang berasal dari berbagai latar belakang kampus yang berbeda.
“Kegiatan (SWLC -red) ini sangat luar biasa untuk menjalin keakraban dengan universitas luar, kalau kemarin teman-teman yang ikut kegiatan kan mereka lihat bagaimana bisa bergaul, bisa saling berinteraksi (dan -red) tertawa bersama. Jadi, tetap pertahankan kegiatan-kegiatan yang seperti ini untuk universitas terkhususnya UKSW ini agar hubungan antara universitas luar dan UKSW itu semakin membaik. Jadi, apa yang mereka (peserta dari universitas luar -red) alami, kita bisa tahu begitu, kalau mereka buat kegiatan mereka bisa undang kita (UKSW-red) terus kalau kita buat kegiatan, kita bisa undang mereka (universitas di luar UKSW -red).”

Landro juga berharap kegiatan SWLC dapat menjadi pelatihan kepemimpinan berkelanjutan yang dapat terus digelar setiap tahunnya agar UKSW dapat terus menjalin relasi yang kuat dengan universitas luar.
“Untuk pimpinan-pimpinan LKU LKF selanjutnya mungkin bisa untuk lebih merekomendasikan lagi kegiatan yang seperti (SWLC -red) ini, bisa saja latihan kepemimpinan Satya Wacana Leadership Camp (SWLC) 2023 atau bagaimana, tapi itu untuk pesan ke pimpinan LKU kedepan agar kegiatan ini tetap berlanjut biar hubungan relasi kita (UKSW -red) dengan universitas-universitas luar itu bisa semakin akrab.” tutup Landro.(*)
Penulis : Reyvan Andrian Kristiandi.
Editor : Elyan Mesakh Kowi.
Desain : Cyntia Trisetiani Baga (sumber foto: Panitia SWLC 2022).